Selasa, 16 November 2010

Ayat-Ayat Mawaris

آيات المواريث

oleh
Achmad Yani, S.T., M.Kom.

Ketentuan atau hukum atau aturan tentang pembagian harta warisan adalah satu-satunya ketentuan hukum syariat yang dirinci secara langsung oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an, tidak seperti ketentuan tentang hukum syariat lainnya, misalnya ketentuan tentang shalat, zakat, puasa, dan haji. Sebagai contoh, meskipun di dalam Al-Qur’an ada perintah tentang shalat, ketentuan tentang cara-cara shalat tidak dijelaskan langsung di dalam ayat-ayat Al-Qur’an, tetapi dijelaskan oleh Nabi SAW melalui hadits-hadits beliau.

Adapun ayat-ayat Al-Qur’an yang menjadi sumber bagi hukum waris Islam secara garis besarnya dapat dibagi atas dua kelompok, yaitu ayat-ayat mawaris utama, dan ayat-ayat mawaris tambahan. Ayat-ayat mawaris utama menyebutkan secara rinci para ahli waris dan bagian mereka masing-masing yang dinyatakan dalam enam macam angka pecahan, yaitu 1/2, 1/4, 1/8, 2/3, 1/3, dan 1/6. Sementara itu, ayat-ayat mawaris tambahan hanya memberikan ketentuan umum yang berkaitan dengan pembagian warisan, tetapi tidak memberikan rinciannya.

A. Ayat-ayat Mawaris Utama
Ayat-ayat mawaris utama hanya ada tiga ayat di dalam Al-Qur’an, yang ketiganya berada dalam Surat An-Nisa’, yaitu ayat 11, 12, dan 176. Terjemahan ketiga ayat ini adalah sebagai berikut:

1. Q.S. An-Nisa’ ayat 11:
“Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separuh harta. Dan untuk dua orang ibu-bapak, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Kesimpulan atau intisari yang dapat diambil dari ayat ini adalah sebagai berikut:

Bagian anak perempuan:
1/2 jika seorang
2/3 jika dua orang atau lebih
'ushubah (sisa) jika bersama dengan anak laki-laki
Bagian anak laki-laki:
'ushubah (sisa)
Bagian ibu:
1/6 jika si mayit mempunyai anak atau dua orang saudara atau lebih
1/3 jika si mayit tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai dua orang saudara atau lebih
1/3 dari sisa (dalam masalah gharrawain yang ahli warisnya terdiri dari suami atau isteri, ibu, dan bapak)
Bagian bapak:
1/6 jika si mayit mempunyai anak laki-laki
'ushubah (sisa) jika si mayit tidak mempunyai anak laki-laki

2. Q.S. An-Nisa’ ayat 12:
“Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.”
Kesimpulan atau intisari yang dapat diambil dari ayat ini adalah sebagai berikut:
Bagian suami:
1/2 jika si mayit tidak mempunyai anak
1/4 jika si mayit mempunyai anak
Bagian isteri:
1/4 jika si mayit tidak mempunyai anak
1/8 jika si mayit mempunyai anak
Bagian saudara laki-laki/perempuan seibu (kasus kalalah):
1/6 jika seorang
1/3 dibagi rata jika dua orang atau lebih
(Catatan: kalalah adalah seseorang yang wafat tanpa meninggalkan bapak dan anak)

3. Q.S. An-Nisa’ ayat 176:
“Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu) jika seseorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan) jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari gabungan) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Kesimpulan atau intisari yang dapat diambil dari ayat ini adalah sebagai berikut:
Bagian saudara perempuan kandung atau sebapak (kasus kalalah):
1/2 jika seorang
2/3 jika dua orang atau lebih
'ushubah (sisa) jika bersama saudara laki-laki kandung atau sebapak
Bagian saudara laki-laki kandung atau sebapak (kasus kalalah):
'ushubah (sisa)

B. Ayat-ayat Mawaris Tambahan
Beberapa ayat yang dapat dianggap sebagai ayat-ayat mawaris tambahan terdapat di beberapa surat, antara lain An-Nisa’, Al-Anfal, dan Al-Ahzab. Berikut ini terjemahan untuk masing-masing ayat itu.

1. Q.S. An-Nisa’ ayat 7:
“Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, dan bagi wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan.”
Kesimpulan atau intisari ayat ini:
Laki-laki dan wanita (baik masih kecil maupun sudah dewasa, baik kuat berjuang maupun tidak) sama-sama mempunyai hak untuk mendapatkan harta warisan meskipun dengan jumlah bagian yang tidak sama.
Ayat ini sekaligus menghapus ketentuan warisan pada masa jahiliyah yang memberikan harta warisan kepada orang laki-laki saja, ditambah lagi dengan syarat harus sudah dewasa dan kuat berjuang (berperang)

2. Q.S. An-Nisa’ ayat 8:
“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.”
Kesimpulan atau intisari ayat ini:
Ayat ini memberikan anjuran kepada keluarga yang melaksanakan pembagian harta warisan agar memperhatikan kerabat (yang tidak memperoleh harta warisan), anak yatim, dan orang miskin serta memberikan sebagian (sekedarnya) dari harta warisan kepada mereka sehingga mereka tidak berkecil hati atas pembagian harta itu.

3. Q.S. An-Nisa’ ayat 9:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”
Kesimpulan atau intisari ayat ini:
Ayat ini memberikan tuntunan kepada orang-orang yang memiliki harta agar sebelum wafat memperhatikan kesejahteraan anak keturunan mereka, misalnya dengan mengutamakan pemberian harta warisan kepada anak daripada pemberian wasiat kepada orang lain, sehingga kebutuhan dan kesejahteraan anak nantinya dapat dipenuhi dengan layak.

4. Q.S. An-Nisa’ ayat 10:
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zhalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).”
Kesimpulan atau intisari ayat ini:
Ayat ini memberikan tuntunan kepada kerabat dari yang meninggal agar anak-anak yang ditinggalkan oleh orang tua mereka, terutama yang masih belum baligh (masih kanak-kanak) hendaklah bagian mereka disimpan dan dijaga sebaik-baiknya supaya mereka (anak-anak yatim itu) nantinya dapat menggunakan harta warisan yang menjadi hak mereka dari orang tua mereka, bukan malah sebaliknya memakan harta anak yatim itu secara zhalim.

5. Q.S. An-Nisa’ ayat 13:
“(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar.”
Kesimpulan atau intisari ayat ini:
Ayat ini memberikan janji balasan Allah atas orang-orang yang melaksanakan hukum waris (membagi harta warisan) sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya, yaitu berupa surga di akhirat kelak.

6. Q.S. An-Nisa’ ayat 14:
“Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.”
Kesimpulan atau intisari ayat ini:
Ayat ini memberikan ancaman Allah atas orang-orang yang membagi harta warisan tidak sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya, yaitu berupa neraka di akhirat kelak.

7. Q.S. An-Nisa’ ayat 19:
“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa…”
Kesimpulan atau intisari ayat ini:
Ayat ini menghapus adat jahiliyah yang menjadikan wanita sebagai harta warisan, karena pada masa jahiliyah apabila seorang laki-laki meninggal dunia, maka anaknya yang tertua atau anggota keluarganya yang lain mewarisi janda itu. Janda tersebut boleh dikawini sendiri atau dikawinkan dengan orang lain yang maharnya diambil oleh keluarga pewaris atau tidak dibolehkan kawin lagi.
Ayat ini tidak menunjukkan bahwa mewariskan wanita tidak dengan jalan paksa dibolehkan. Dengan demikian, maka tidak diperbolehkan lagi wanita dijadikan sebagai harta warisan dari suaminya yang meninggal lebih dahulu.

8. Q.S. An-Nisa’ ayat 33:
“Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibu-bapak dan karib kerabat, Kami jadikan pewaris-pewarisnya. Dan (jika ada) orang-orang yang kamu telah bersumpah setia dengan mereka, maka berilah kepada mereka bahagiannya. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu.”
Kesimpulan atau intisari ayat ini:
Ayat ini pada awalnya merupakan dasar hukum yang membolehkan adanya hak waris-mewarisi antara dua orang yang melakukan sumpah-setia (muhalafah) pada masa jahiliyah, tetapi kemudian menurut sebagian ahli tafsir ayat ini dinasakh (dihapus) dengan turunnya Surat Al-Anfal ayat 75 sehingga muhalafah tidak bisa lagi dijadikan salah satu sebab mewarisi.

9. Q.S. An-Nisa’ ayat 127:
“Dan mereka minta fatwa kepadamu tentang para wanita. Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang mereka, dan apa yang dibacakan kepadamu dalam Al Quran (yaitu Surat An-Nisa’ ayat 2 dan 3), (juga memfatwakan) tentang para wanita yatim yang kamu tidak memberikan kepada mereka apa-apa yang ditetapkan untuk mereka (yaitu harta warisan dan mahar), sedang kamu ingin mengawini mereka, dan tentang anak-anak yang masih dipandang lemah. Dan (Allah menyuruh kamu) supaya kamu mengurus anak-anak yatim secara adil. Dan kebajikan apa saja yang kamu kerjakan, maka Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui atas hal itu.”
Kesimpulan atau intisari ayat ini:
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa wanita juga mendapat bagian harta warisan secara pasti, sedikit atau banyak. Dengan demikian, wanita juga bisa menjadi ahli waris, sema seperti laki-laki.
Menurut adat Arab Jahiliyah seorang wali berkuasa atas wanita yatim yang dalam asuhannya dan berkuasa akan hartanya. Jika wanita yatim itu cantik dikawini dan diambil hartanya. Jika wanita itu buruk rupanya, dihalanginya kawin dengan laki-laki yang lain supaya dia tetap dapat menguasai hartanya. Kebiasaan di atas dilarang melakukannya oleh ayat ini.

10. Q.S. An-Anfal ayat 72:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi (menjadi wali). Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
Kesimpulan atau intisari ayat ini:
Yang dimaksud lindung-melindungi ialah: di antara muhajirin dan anshar terjalin persaudaraan yang amat teguh (disebut muakhkhah), untuk membentuk masyarakat yang baik. Demikian keteguhan dan keakraban persaudaraan mereka itu, sehingga pada pemulaan Islam mereka waris-mewarisi seakan-akan mereka bersaudara kandung.
Ayat ini pada mulanya menjadi dasar hukum yang menjadikan hijrah dan muakhkhah (persaudaraan antara muhajirin dan anshar) sebagai sebab waris-mewarisi.

11. Q.S. An-Anfal ayat 75:
“Dan orang-orang yang beriman sesudah itu kemudian berhijrah serta berjihad bersamamu, maka orang-orang itu termasuk golonganmu (juga). Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Kesimpulan atau intisari ayat ini:
Ayat ini menjelaskan bahwa salah satu yang menjadi dasar (sebab) waris-mewarisi dalam Islam ialah hubungan kerabat, bukan hubungan persaudaraan keagamaan sebagaimana yang terjadi antara muhajirin dan anshar pada permulaan Islam.
Ayat ini sekaligus menasakh (menghapus) ketentuan dalam Q.S. Al-Anfal ayat 72 sehingga hijrah dan muakhkhah (persaudaraan antara muhajirin dan anshar) tidak dijadikan lagi sebagai sebab waris-mewarisi.

12. Q.S. An-Ahzab ayat 4 - 5:
“Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulutmu saja. dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar). Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; Itulah yang lebih adil pada sisi Allah. Dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Kesimpulan atau intisari ayat ini:
Ayat ini menegaskan bahwa status hukum anak angkat tidak sama dengan anak kandung, seperti halnya status hukum isteri tidak sama dengan ibu. Dengan demikian, dalam hal kewarisan, maka anak angkat tidak mendapat hak waris atas harta peninggalan orang tua angkatnya. Jadi ayat ini melarang untuk menyamakan anak angkat dengan anak kandung.
Ayat ini sekaligus menasakh (menghapus) ketentuan pembagian warisan pada masa jahiliyah yang menjadikan status anak angkat sama dengan status anak kandung dalam pembagian warisan.

13. Q.S. An-Ahzab ayat 40:
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Kesimpulan atau intisari ayat ini:
Dalam ayat ini dinyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW bukanlah ayah dari salah seorang sahabat. Dengan demikian, bekas isteri Zaid dapat dinikahi oleh Rasulullah SAW karena Zaid adalah anak angkat Rasulullah SAW. Seandainya Zaid sebagai anak angkat Rasulullah SAW disamakan statusnya dengan anak kandung, maka Rasulullah SAW tidak boleh menikahi mantan isteri Zaid. Demikian pula halnya kalau anak angkat dijadikan sebagai anak kandung, maka akan membawa pengaruh terhadap pembagian warisan.
Seperti juga Q.S. Al-Ahzab ayat 4-5, ayat ini menasakh (menghapus) ketentuan pembagian warisan pada masa jahiliyah yang menjadikan status anak angkat sama dengan status anak kandung dalam pembagian warisan.

24 komentar:

  1. ASSALAAMUALAIKUM
    bapak saya bingung dengan bantahan orang nasrani yang jujur mengganggu pikiran saya yang awan. semoga bapak bisa membantu saya

    CONTOH kasus 1: Jika yang meninggal memiliki WARISAN Rp. 30.000.000 dan
    mempunyai, sbb:

    4 anak cewek
    sepasang orang tua
    1 istri.

    Maka menurut hitung-hitungan muhammad adalah:

    4 anak cewek akan mendapatkan 2/3 x Rp. 30.000.000 = Rp. 20. 000.000, sesuai
    Q 4:11 (dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka
    dua pertiga dari harta yang ditinggalkan)

    Sepasang Orang tua akan mendapatkan 1/3 x Rp. 30.000.000 = Rp. 10.000.000,
    sesuai Q 4:11 (Dan untuk dua orang ibu-bapak, bagi masing-masingnya seperenam
    dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak)

    Seorang Istri akan memperoleh 1/8 x Rp 30.000.000 = Rp. 3.750.000, sesuai Q
    4:12 (Jika kamu mempunyai anak, maka para istri memperoleh seperdelapan dari
    harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan)
    sesudah dibayar utang-utangmu)

    TOTAL yang MESTI DIBAYAR= Rp. 33.750.000, PADAHAL WARISAN hanya Rp. 30.000.000

    CONTOH kasus 2: Jika yang meninggal memiliki WARISAN Rp. 30.000.000 dan
    mempunyai, sbb:

    TAK MEMILIKI ANAK
    SEORANG suami
    2 Saudara Perempuan

    Seorang SUAMI akan mendapatkan 1/2 x Rp. 30.000.000 = Rp. 15. 000.000, sesuai
    Q 4:12 (Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh
    istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak.)

    DUA saudara perempuan akan mendapatkan 2/3 x Rp. 30.000.000 = Rp. 20.000.000,
    sesuai Q 4:176 (tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya
    dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal.)

    TOTAL yang MESTI DIBAYAR= Rp. 35.000.000, PADAHAL WARISAN hanya Rp. 30.000.000

    CONTOH kasus 3: Jika yang meninggal memiliki WARISAN Rp. 30.000.000 dan
    mempunyai AHLI WARIS, sbb:

    TAK MEMILIKI ANAK
    SEORANG suami
    1 Saudara Perempuan
    Seorang Ibu

    Seorang SUAMI akan mendapatkan 1/2 x Rp. 30.000.000 = Rp. 15. 000.000, sesuai
    Q 4:12 (Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh
    istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak.)

    SEORANG saudara perempuan akan mendapatkan 1/2 x Rp. 30.000.000 = Rp.
    15.000.000, sesuai Q 4:176 (jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak
    mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang
    perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya.)

    Seorang Ibu akan mendapatkan 1/6 x Rp. 30.000.000 = Rp. 5.000.000, sesuai Q
    4:11 (jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat
    seperenam)

    TOTAL yang MESTI DIBAYAR= Rp. 35.000.000, PADAHAL WARISAN hanya Rp. 30.000.000

    CONTOH kasus 4: Jika yang meninggal memiliki WARISAN Rp. 30.000.000 dan
    mempunyai AHLI WARIS, sbb:

    TAK MEMILIKI ANAK
    SEORANG suami
    2 Saudara Perempuan
    Seorang Ibu

    Seorang SUAMI akan mendapatkan 1/2 x Rp. 30.000.000 = Rp. 15. 000.000, sesuai
    Q 4:12 (Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh
    istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak.)

    SEORANG saudara perempuan akan mendapatkan 2/3 x Rp. 30.000.000 = Rp.
    20.000.000, sesuai Q 4:176 (tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka
    bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal.)

    Seorang Ibu akan mendapatkan 1/6 x Rp. 30.000.000 = Rp. 5.000.000, sesuai Q
    4:11 (jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat
    seperenam)

    TOTAL yang MESTI DIBAYAR= Rp. 40.000.000, PADAHAL WARISAN hanya Rp. 30.000.000

    CONTOH kasus 5: Jika yang meninggal memiliki WARISAN Rp. 30.000.000 dan
    mempunyai AHLI WARIS, sbb:

    BalasHapus
  2. TAK MEMILIKI ANAK
    SEORANG istri
    2 Saudara Perempuan
    Seorang Ibu

    Seorang ISTRI akan mendapatkan 1/4 x Rp. 30.000.000 = Rp. 7. 500.000, sesuai
    Q 4:12 (Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu
    tidak mempunyai anak.)

    DUA ORANG saudara perempuan akan mendapatkan 2/3 x Rp. 30.000.000 = Rp.
    20.000.000, sesuai Q 4:176 (tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka
    bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal.)

    Seorang Ibu akan mendapatkan 1/6 x Rp. 30.000.000 = Rp. 5.000.000, sesuai Q
    4:11 (jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat
    seperenam)

    TOTAL yang MESTI DIBAYAR= Rp. 32.500.000, PADAHAL WARISAN hanya Rp. 30.000.000

    Contoh KASUS 6: Kesalahan menghitung muhammad: jika yang meninggal TAK
    MEMILIKI anak, memiliki 1 istri, 1 saudara PEREMPUAN dan 1 saudara Laki-laki,
    dan SEORANG Ibu:

    1/4 (ayat 12) + 2/3 (ayat 176) + 1/6 (ayat 11) = 1 + 1/12 --------->
    loh kok kelebihan?

    CONTOH kasus 6: Jika yang meninggal memiliki WARISAN Rp. 30.000.000 dan
    mempunyai AHLI WARIS, sbb:

    TAK MEMILIKI ANAK
    SEORANG istri
    1 Saudara Perempuan dan 1 Saudara Laki-laki
    Seorang Ibu

    Seorang ISTRI akan mendapatkan 1/4 x Rp. 30.000.000 = Rp. 7. 500.000, sesuai
    Q 4:12 (Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu
    tidak mempunyai anak.)

    1 ORANG saudara perempuan dan 1 orang saudar laki-laki akan mendapatkan 2/3 x
    Rp. 30.000.000 = Rp. 20.000.000, sesuai Q 4:176 (tetapi jika saudara perempuan
    itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh
    yang meninggal. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara
    laki dan
    perempuan, maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua
    orang saudara perempuan.)

    Seorang Ibu akan mendapatkan 1/6 x Rp. 30.000.000 = Rp. 5.000.000, sesuai Q
    4:11 (jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat
    seperenam)

    BalasHapus
  3. TOTAL yang MESTI DIBAYAR= Rp. 32.500.000, PADAHAL WARISAN hanya Rp. 30.000.000

    Contoh KASUS 7: Kesalahan menghitung muhammad: jika yang meninggal TAK
    MEMILIKI anak, memiliki 1 suami, 1 saudara PEREMPUAN dan 1 orang saudar
    Laki-laki, dan Seorang IBU

    1/2 (ayat 12) + 2/3 (ayat 176) + 1/6 (ayat 11)= 1 + 1/3 ---------->
    loh kok kelebihan? he...he...he...

    CONTOH kasus 7: Jika yang meninggal memiliki WARISAN Rp. 30.000.000 dan
    mempunyai AHLI WARIS, sbb:

    TAK MEMILIKI ANAK
    SEORANG suami
    1 Saudara Perempuan dan 1 Saudara Laki-laki
    Seorang Ibu

    Seorang SUAMI akan mendapatkan 1/2 x Rp. 30.000.000 = Rp. 15. 000.000, sesuai
    Q 4:12 (Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh
    istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak.)

    SEORANG saudara perempuan dan SEORAN saudara Laki-laki akan mendapatkan 2/3 x
    Rp. 30.000.000 = Rp. 20.000.000, sesuai Q 4:176 (tetapi jika saudara perempuan
    itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh
    yang meninggal. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara
    laki dan perempuan, maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian
    dua orang saudara perempuan.)

    Seorang Ibu akan mendapatkan 1/6 x Rp. 30.000.000 = Rp. 5.000.000, sesuai Q
    4:11 (jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat
    seperenam)

    TOTAL yang MESTI DIBAYAR= Rp. 40.000.000, PADAHAL WARISAN hanya Rp. 30.000.000

    Allah dan muhammad, emang 'cerdas' dalam hal KEBRUTALAN matematik ya?
    Laughing PANTAS saja, quran layak disebut MENGILHAMI ilmu-ilmu mutakhir kafir
    saat ini! Very Happy

    Contoh KASUS 8: Kesalahan menghitung muhammad: jika PEWARIS yang meninggal
    TAK MEMILIKI anak, TAK MEMILIKI AYAH, memiliki 1 istri, 2 saudara PEREMPUAN,
    Seorang saudara laki-laki SEIBU, dan Seorang Saudara Perempuan Seibu:

    1/4 (ayat 12) + 2/3 (ayat 176) + 1/6 (ayat 12) + 1/6 (ayat 12) = 1 +
    1/4 ---------> BLOODY OVERBALANCE!

    BAGI MEREKA yang matematikanya JONGKOK Laughing :

    CONTOH kasus 8: Jika yang meninggal memiliki WARISAN Rp. 30.000.000 dan
    mempunyai AHLI WARIS, sbb:

    TAK MEMILIKI ANAK
    TAK MEMILIKI AYAH
    SEORANG istri
    2 Saudara Perempuan
    Seorang saudara Laki-laki SEIBU dan Seorang Saudara Perempuan SEIBU

    Seorang ISTRI akan mendapatkan 1/4 x Rp. 30.000.000 = Rp. 7. 500.000, sesuai
    Q 4:12 (Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu
    tidak mempunyai anak.)

    DUA ORANG saudara perempuan akan mendapatkan 2/3 x Rp. 30.000.000 = Rp.
    20.000.000, sesuai Q 4:176 (tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka
    bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal.)

    SEORANG saudara laki-laki SEIBU dan SEORANG saudara perempuan seibu akan
    mendapatkan akan mendapatkan 1/3 x Rp. 30.000.000 = Rp. 10.000.000, sesuai Q
    4:12 (Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak
    meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara
    laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi
    masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta.)

    TOTAL yang MESTI DIBAYAR= Rp. 37.500.000, PADAHAL WARISAN hanya Rp. 30.000.000

    Contoh KASUS 9: Kesalahan menghitung muhammad: jika PEWARIS yang meninggal
    TAK MEMILIKI anak, TAK MEMILIKI AYAH, Memiliki SEORANG IBU, Memiliki 1 Istri, 2
    saudara PEREMPUAN, Seorang saudara laki-laki SEIBU, dan Seorang Saudara
    Perempuan Seibu:

    1/6 (ayat 11) + 1/4 (ayat 12) + 2/3 (ayat 176) + 1/6 (ayat 12) + 1/6
    (ayat 12) = 1 + 5/12 ---------> BLOODY SHEER BUNK!

    BAGI MEREKA yang matematikanya JONGKOK Laughing :

    CONTOH kasus 9: Jika yang meninggal memiliki WARISAN Rp. 30.000.000 dan
    mempunyai AHLI WARIS, sbb:

    BalasHapus
  4. TAK MEMILIKI ANAK
    TAK MEMILIKI AYAH
    Memiliki SEORANG IBU
    SEORANG istri
    2 Saudara Perempuan
    Seorang saudara Laki-laki SEIBU dan Seorang Saudara Perempuan SEIBU

    Seorang IBU akan mendapatkan 1/6 x Rp. 30.000.000 = Rp. 5. 000.000, sesuai Q
    4:11 (jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat
    seperenam.)

    Seorang ISTRI akan mendapatkan 1/4 x Rp. 30.000.000 = Rp. 7. 500.000, sesuai
    Q 4:12 (Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu
    tidak mempunyai anak.)

    DUA ORANG saudara perempuan akan mendapatkan 2/3 x Rp. 30.000.000 = Rp.
    20.000.000, sesuai Q 4:176 (tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka
    bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal.)

    SEORANG saudara laki-laki SEIBU dan SEORANG saudara perempuan seibu akan
    mendapatkan akan mendapatkan 1/3 x Rp. 30.000.000 = Rp. 10.000.000, sesuai Q
    4:12 (Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak
    meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara
    laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi
    masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta.)

    TOTAL yang MESTI DIBAYAR= Rp. 42.500.000, PADAHAL WARISAN hanya Rp. 30.000.000

    itu fitnah yang dilancarakan oleh orang nasrani.

    BalasHapus
  5. maaf karena pertanyaannya terlalu banyak mudah2 Allah melimpahkan keberkahan dan kemanfaatan ilmu kepada bapak

    barakallah..


    wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh

    BalasHapus
    Balasan
    1. dari yang saya liat kasus2 di atas itu kayaknya salah pada perhitungan matemaika nya deh, harusnya penyebutnya di sama-in dulu bru di kali:)

      Hapus
  6. Wa'alaikum salam wr wb.

    Pertanyaan2 dan sekaligus tuduhan2 seperti itu memang sering sekali dilontarkan oleh orang-orang yang masih meragukan kebenaran hukum waris Islam yang berasal dari Al-Qur'an dan Hadits Nabi SAW. Namun demikian, jangan bersedih dulu. Saya sudah buatkan jawaban untuk pertanyaan FAHMIMUSLIM. Jawaban itu dapat Anda lihat di posting saya yang berjudul "Aplikasi Kalkulus Diferensial-Integral untuk Pembuktian Kebenaran ‘Aul dalam Pembagian Warisan: Sebuah Rahasia Ilmiah di balik Hukum Waris Ciptaan Allah". Silakan Anda baca, pahami, dan tunjukkan kepada mereka.

    Wassalam,


    Achmad Yani, S.T., M.Kom.
    www.achmad-yani.co.cc
    achmad_yani_polmed@yahoo.co.id

    BalasHapus
  7. Asalammualaikum..
    Pa Achmad Yani yth.. saya ingin mendapat penjelasan lebih detil dan kongkret soal pembagian waris ini. contoh kasusnya adalah:
    Seseorang wanita meninggal, dia meninggalkan harta warisan sebesar Rp100 juta (hasil kerja dia pribadi, bukan harta gono-gini). dia meninggalkan ahli waris, seorang suami dan dua anak laki-laki. Di samping itu, dia juga meninggalkan seorang ibu, serta satu orang saudara perempuan dan dua orang saudara laki-laki.
    Pertanyaannya:
    * Berapa bagian waris untuk sang suami (kalo membaca ayat di atas, saya simpulkan 1/4), dan masing-masing untuk dua anak laki-lakinya. (di ayat itu, saya tak begitu jelas mendapatkan penjelasannya bagian untuk mereka)
    * Apakah ibunya juga mendapatkan warisan (kalo dari ayat itu, saya simpulkan 1/6).
    * Apakah ketiga saudaranya (satu perempuan dan dua laki-laki) juga mendapatkan hak waris. Berapa bagian untuk masing-masing atau keseluruhan mereka (di ayat itu, saya tak begitu jelas mendapatkan penjelasannya bagian untuk mereka)

    Sekian pertanyaan saya, terima kasih

    wassalamualaikum
    denims

    BalasHapus
    Balasan
    1. Suami mendapat 1/4 bagian. Ibu mendapat 1/6 bagian. Anak lk mendapat sisanya, yaitu 7/12 bagian, dan ini dibagi rata utk kedua anak lk. Saudara lk dan saudara pr tidak mendapat bagian karena terhalang oleh adanya anak lk.

      Hapus
  8. Makasih ayat dan penjelasan tentang warisannya.

    BalasHapus
  9. Saya mau tanya. Kedua. Ortu kami sudah.meninggal. Mereeka mewariskan senilai. 40 juta. Kami enam bersaudara, 4 laki-ilaki, 2. Perempuan. Bagaimana. Pembbagiannnya? Terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masing-masing anak laki-laki mendapat 2/10 bagian = 2/10 x 40 juta = 8 juta. Dan masing-masing anak perempuan 1/10 bagian = 1/10 x 40 juta = 4 juta.

      Hapus
  10. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  11. assalamualaikum bapak saya nanya nama saya pitono,ada peninggalan sawah dari almarhum Bpk dan Ibu saya.Sawah tersebut luas nya 4600m persegi,sedangkan saudara saya 2laki-laki sudah wafat dan 1 perempuan.ke dua saudara laki-laki saya itu mempunyai anak.Sedangkan saudara saya yang perempuan masih hidup dan tidak memiliki anak.Masing-masing mendapat berapa bagian termasuk bagian saya juga.terimakasih sebelum nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anda sebagai anak laki laki mendapat 2/3 bagian, sementara saudara perempuan Anda sebagai anak perempuan mendapat 1/3 bagian.

      Hapus
  12. Asalamualaikum bapak saya mau bertanya perihal pembagian warisan,ini terjadi di keluarga ibu saya pak, kakek dan nenek saya sudah meninggal meninggalkan anak 7 orang:
    2 orang ank laki-laki, 2 orang ank lakilaki tetapi sudah meninggal lebih dahulu dari pd pewaris,dan 3 anak perempuan.
    Harta yg ditinggalkan sebesar 90.000.000
    Bagaimana ya pak hukum pembagian harta warisannya,karena kami binggung pak,
    Trimakasih sebelumnya,wassalam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaikum salam wr. Wb.
      Yg mendapat warisan hanya yg masih hidup pada saat pewaris wafat. Jadi yg menjadi ahli waris adalah 2 anak lk dan 3 anak pr. Masing2 anak lk mendapat 2/7 bagian dari harta yg 90 juta itu, sementara anak pr masing2 mendapat 1/7 bagian.

      Hapus
  13. Assalamu'alaikum,

    Saya mau tanya seorang sepupu laki laki beda kakek, meninggalkan : 1 org istri, 1 org anak perempuan, 2 orang cucu, dan 11 org wali dari 3 org paman ( almrh) atau anak anak paman yg laki laki, berapa pembagian masing masingnya.

    Wassalam
    Terima kasih

    BalasHapus
  14. Assalamu'alaikum..
    Afwan hendak menyampaikan..
    Hendaknya dlm perhitungan waris, yang diutamakan dulu adalah ahli waris zawil furudh nya..
    Kemudian barulah setelah itu perhitungan ahli waris ashabah dari pengurangan seluruh harta mayit dengan nominal waris zawil furudh..

    Dengan begitu insya allah pembagian warisan akan pas..

    Maha Benar Allah dengan Segala Firman-Nya, wallahu a'lam bisshowab

    Mohon dikoreksi apabila saya salah

    Wassalamu'alaikum

    BalasHapus
  15. Assalamualaikum wr wb saya mukhozin ayah saya sudah meninggal th 2001 yg lalu,beliau meninggalkan harta berupa tanah,dan ahli waris 4 orang anak,2 lk" 2 perempuan, dan seorang istri bagaimana cara pembagian warisannya? Atas jawabannya,ku ucapkan terimakasih

    BalasHapus
  16. Assalamualaikum wr wb saya mukhozin ayah saya sudah meninggal th 2001 yg lalu,beliau meninggalkan harta berupa tanah,dan ahli waris 4 orang anak,2 lk" 2 perempuan, dan seorang istri bagaimana cara pembagian warisannya? Atas jawabannya,ku ucapkan terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jawaban sudah saya kirimkan lewat email kemarin.

      Hapus
  17. makasih ya kak blog nya sangat bermanfaat untuk saya. semoga juga bermanfaat bagi semua orang

    BalasHapus
  18. Penerapan Metode Integral dalam Hukum Waris tsb
    saya yang temukan, yakni ketika para member non muslim (dalam situs faithfreedom) menghujat dan menganggap hukum waris dalam islam mengandung kelemahan dan tidak logis.

    silahkan hubungi sy, email ke dns.jkt@gmail.com

    BalasHapus

Silakan beri komentar Anda